Jumat, 25 Maret 2011

PENDAHULUAN askep afiksia neonatorum


A. LATAR BELAKANG
Asfiksia neonaturium ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah (Hutchinson,1967).keadaan ini disertai dengan hipoksia,hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis.Hipoksia yang terdapat pada penderita Asfiksia ini merupakan fackor terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan ekstrauterin (Grabiel Duc,1971) .penilaian statistik dan pengalaman klinis atau patologi anatomis menunjukkan bahwa keadaan ini merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir.Hal ini dibuktikan oleh Drage dan Berendes (1966) yang mendapatkan bahwa skor Apgar yang rendah sebagai manifestasi hipoksia berat pada bayi saat lahir akan mmperlihatkan angka kematian yang tinggi
Haupt(1971)memperlihatkan bahwa frekuensi gangguan perdarahan pada bayi sebagai akibat hipoksia sangat tinggi.Asidosis,gangguan kardiovaskuler serta komplikasinya sebagai akibat langsung dari hipoksia merupakan penyebab utama kegagalan ini akan sering berlanjut menjadi sindrom gangguan pernafasan pada hari-hari pertama setelah lahir(james,1959).Penyelidikan patologi anatomis yang dilakukan oleh Larrhoce dan Amakawa(1971)Menunjukkan nekrosis berat dan difus pada jaringan otak bayi yang meninggal karena hipoksia.

defenisi askep afiksia neonatorum


DEFENISI

Asfiksia adalah keadaan yang disebabkan oleh karena otak mengalami hipoksemia dan hiperkarbia,selanjutnya dapat menyebabkan oedema otak dan bermacam-macam gangguan sirkulasi,secara klinis ditandai dengan skor Apgar rendah dan asidosis.(Taslim S,Neurologi Anak)
Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga dapat menurunkan O2 dan mungkin meningkatkan C02 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut.
Asfiksia neonaturium adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami kegagalan bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan factor-faktor yang timbul dalam kehamilan,persalinan atau segera setelah bayi lahir.(Hanifa Wiknjosastro,Ilmu kebidanan)

Kamis, 24 Maret 2011

patofisiologi askep afiksia neonatorum


PATOFISIOLOGI

Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar lerjadi “Primarg gasping” yang kemudian akan berlanjut dengan pernafasan.
Bila terdapat gangguaan pertukaran gas/pengangkutan O2 selama kehamilan persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fugsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat reversibel/tidak tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (Primany apnea) disertai dengan penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnu kedua (Secondary apnea). Pada tingkat ini ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan darah.

         Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula G3 metabolisme dan pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama dan pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan asidoris respiratorik, bila G3 berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh , sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkuang.asam organik terjadi akibat metabolisme ini akan menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung terjadinya asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung sehinga menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan akan tingginya resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan kesistem tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel otak yang terjadi menimbuikan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya.

etiologi askep afiksia neonatorum


ETIOLOGI

Asfiksia janin atau neonatus akan terjadi jika terdapat gangguan perlukaran gas atau pengangkutang O2 dari ibu kejanin.Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir.Hampir sebagian besar asfiksia bayi baru lahir merupakan kelanjutan asfiksia janin, karena itu penilaian janin selama kehamilan dan persalinan memegang peran penting untuk keselamatan bayi atau kelangsungan hidup yang sempurna tanpa gejala sisa.
Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan pertukaran gas transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat ganguan dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2. Gangguan ini dapat berlangsung secara menahun akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan, atau secara mendadak karena hal-hal yang diderita ibu dalam persalinan.
Gangguan menahun dalam kehamilan dapat berupa gizi ibu yang buruk, penyakit menahun seperti anemia, hipertensi, jantung dll. Faktor-faktor yang timbul dalam persalinan yang bersifat mendadak yaitu faktor janin berupa gangguan aliran darah dalam tali pusat karena tekanan tali pusat, depresi pernapasan karena obat-obatan anestesia/
analgetika yang diberikan ke ibu, perdarahan intrakranial, kelainan bawaan seperti hernia diafragmatika, atresia saluran pernapasan, hipoplasia paru-paru dll. Sedangkan faktor dari pihak ibu adalah gangguan his misalnya hipertonia dan tetani, hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan, hipertensi pada eklamsia, ganguan mendadak pada plasenta seperti solusio plasenta.

Towel (1996) mengajukan penggolongan penyebab kegagalan pernapasan paa bayi terdiri dari :
1.Faktor ibu
a. Hipoksia ibu
Dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau anestesi dalam, dan kondisi ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya.
b. Gangguan aliran darah uterus
Berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya aliran oksigen ke plasenta dan juga ke janin, kondisi ini sering ditemukan pada gangguan kontraksi uterus, hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan, hipertensi pada penyakit eklamsi dsb.
2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta, asfiksis janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya perdarahan plasenta, solusio plasenta dsb.
3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan talipusat menumbung, melilit leher, kompresi tali pusat antara jalan lahir dan janin, dll.
4. Faktor neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal yaitu pemakaian obat anestesi yang berlebihan pada ibu, trauma yang terjadi saat persalinan misalnya perdarahan intra kranial, kelainan kongenital pada bayi misalnya hernia diafragmatika, atresia atau stenosis saluran pernapasan, hipoplasia paru, dsb.

KLASIFIKASI askep afiksia neonatorum


KLASIFIKASI

Asfiksia neonatorum diklasifikasikan sbb:
1. Vigorous Baby
Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa.
2. Mild Moderate asphyksia /asphyksia sedang
Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.
3. Asphyksia berat
Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100 x permenit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada. Pada asphyksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum,

MANIFESTASI KLINIS askep afiksia neonatorum


MANIFESTASI  KLINIS

1.Hipoksia
Asfiksia biasanya merupakan akibat dari hipoksi janin yang menimbulkan tanda:
- DJJ lebih dari 1OOx/mnt/kurang dari lOOx/menit tidak teratur
- Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala
- Apnea
- Pucat '
- sianosis
- penurunan terhadap stimulus.
2. RR> 60 x/mnt atau <>
3. Napas megap-megap/gasping sampai dapat terjadi henti napas
4. Bradikardia
5. Tonus otot berkurang
6. Warna kulit sianotik/pucat
7.pernafasan
pernafasannya pendek-pendek tetapi cepat, susah bernafas dan akhirnya terhenti
bahagian bibir, jari-jari, muka dan telinga menjadi kebiru-biruan.
kebanyakannya menyebabkan tidak sedarkan diri.

PENATALAKSANAAN KLINIS askep afiksia neonatorum


1.     PENATALAKSANAAN KLINIS

a. Tindakan Umum
- Bersihkan jalan nafas : kepala bayi dileakkan lebih rendah agar lendir mudah mengalir, bila perlu digunakan larinyoskop untuk membantu penghisapan lendir dari saluran nafas ayang lebih dalam.
- Rangsang reflek pernafasan : dilakukan setelah 20 detik bayi tidak memperlihatkan bernafas dengan cara memukul kedua telapak kaki menekan tanda achiles.
- Mempertahankan suhu tubuh.
b. Tindakan khusus
- Asfiksia berat
Berikan O2 dengan tekanan positif dan intermiten melalui pipa endotrakeal. dapat dilakukan dengan tiupan udara yang telah diperkaya dengan O2. Tekanan O2 yang diberikan tidak 30 cm H 20. Bila pernafasan spontan tidak timbul lakukan message jantung dengan ibu jari yang menekan pertengahan sternum 80 –100 x/menit.
- Asfiksia sedang/ringan
Pasang relkiek pernafasan (hisap lendir, rangsang nyeri) selama 30-60 detik. Bila gagal lakukan pernafasan kodok (Frog breathing) 1-2
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru lahir yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala sisa yang mungkin muncul. Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal dengan ABC resusitasi :
1. Memastika saluran nafas terbuka :
· Meletakan bayi dalam posisi yang benar
· Menghisap mulut kemudian hidung k/p trakhea
· Bila perlu masukan Et untuk memastikan pernapasan terbuka
2. Memulai pernapasan :
· Lakukan rangsangan taktil
· Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif
3. Mempertahankan sirkulasi darah :
Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau bila perlu menggunakan obat-obatan
Cara resusitasi dibagi dalam tindakan umum dan tindakan khusus :
1. Tindakan umum
a.Pengawasan suhu
b.Pembersihan jalan nafas
c.Rangsang untuk menimbulkan pernafasan
2. Tindakan khusus
a.Asphyksia berat
Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan, langkah utama memperbaiki ventilasi paru dengan pemberian O2 dengan tekanan dan intermiten, cara terbaik dengan intubasi endotrakeal lalu diberikan O2 tidak lebih dari 30 mmHg. Asphiksia berat hampir selalu disertai asidosis, koreksi dengan bikarbonas natrium 2-4 mEq/kgBB, diberikan pula glukosa 15-20 % dengan dosis 2-4ml/kgBB. Kedua obat ini disuntuikan kedalam intra vena perlahan melalui vena umbilikalis, reaksi obat ini akan terlihat jelas jika ventilasi paru sedikit banyak telah berlangsung. Usaha pernapasan biasanya mulai timbul setelah tekanan positif diberikan 1-3 kali, bila setelah 3 kali inflasi tidak didapatkan perbaikan pernapasan atau frekuensi jantung, maka masase jantung eksternal dikerjakan dengan frekuensi 80-100/menit. Tindakan ini diselingi ventilasi tekanan dalam perbandingan 1:3 yaitu setiap kali satu ventilasi tekanan diikuti oleh 3 kali kompresi dinding toraks, jika tindakan ini tidak berhasil bayi harus dinilai kembali, mungkin hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan asam dan basa yang belum dikoreksi atau gangguan organik seperti hernia diafragmatika atau stenosis jalan nafas.
b.Asphyksia sedang
Stimulasi agar timbul reflek pernapsan dapat dicoba, bila dalam waktu 30-60 detik tidak timbul pernapasan spontan, ventilasi aktif harus segera dilakukan, ventilasi sederhana dengan kateter O2 intranasaldengan aliran 1-2 lt/mnt, bayi diletakkan dalam posisi dorsofleksi kepala. Kemudioan dilakukan gerakan membuka dan menutup nares dan mulut disertai gerakan dagu keatas dan kebawah dengan frekuensi 20 kali/menit, sambil diperhatikan gerakan dinding toraks dan abdomen. Bila bayi memperlihatkan gerakan pernapasan spontan, usahakan mengikuti gerakan tersebut, ventilasi dihentikan jika hasil tidak dicapai dalam 1-2 menit, sehingga ventilasi paru dengan tekanan positif secara tidak langsung segera dilakukan, ventilasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan dari mulut ke mulut atau dari ventilasi ke kantong masker. Pada ventilasi dari mulut ke mulut, sebelumnya mulut penolong diisi dulu dengan O2, ventilasi dilakukan dengan frekuensi 20-30 kali permenit dan perhatikan gerakan nafas spontan yang mungkin timbul. Tindakan dinyatakan tidak berhasil jika setelah dilakukan berberapa saat terjasi penurunan frekuensi jantung atau perburukan tonus otot, intubasi endotrakheal harus segera dilakukan, bikarbonas natrikus dan glukosa dapat segera diberikan, apabila 3 menit setelah lahir tidak memperlihatkan pernapasan teratur, meskipun ventilasi telah dilakukan dengan adekuat. =
Resusitasi bayi baru lahir
1.termoregulasi: hangatkan bayi
2.posisikan kepala bayi sedikit ekstensi
3.isap lendir dari mulut kemudian hidung
4.keringkan bayi sambil merangsang taktil (gosok punggung, sentil ujung jari kaki)
5.reposisi kepala bayi
6.nilai bayi:usaha,warna,denyut jantung
7.jika bayi tidak bernafas,lakukan ventilasi tekanan positif(VTP) selama 30detik 40-60x/menit
8.nilai bayi
9.bila belum bernafas dan denyut jantung <60x/menit, style=""> dengan kompresi dada secara terkoordinasi selama 30detik
10.nilai bayi
11.jika denyut jantung <60x/menit, berikan epinefrin, dan lanjutkan VTP+kompresi dada
12.jika denyut jantung >60x/menit, kompresi dada dihentikan, VTP dilanjutkan
13.pemasangan pipa ET bisa dilakukan pada setiap tahapan resusitasi

pengkajian askep afiksia neonatorum


  1. PENGKAJIAN

a. Biodata
· Sering terjadi pada bayi baru lahir
· Sering terjadi pada ibu hamil dan kelainan kehamila
b. Riwayat penyakit dahulu
Adanya kelainan pada kehamilan yang dulu seperti Hipertensi,Premature,Keracunan obat bius,Anemia berat
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien lemah,sesak nafas terdapat pernafasan cuping hidung,reflek hisap lemah,terdapat sekret tangis bayi merintih
d. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular dan kronis,seperti TBC,Kusta,Asma,DM
e. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Riwayat pertumbuhan => terjadi pertumbuhan fisik yang cepat pada usia 0-1 tahun
f. Riwayat nutrisi
Pemberian asi untuk pertumbuhan frekuensinya kurang sedikit dari bayi yang lahir normal
g. Eliminasi
Intake makanan mungkin terhambat,warna urine kuning jernih,warna feses mekonium dengan konsistensi cair
h. Pemeriksaan fisik
1.sistem pernafasan
· Apgar skor rendah <>
· Pernafasan dangkal,tidak teratur,takipnea RR<60>
· Mengorok,pernafasan cuping hidung,retraksi suplasternal/substernal,sianosis
· tidak bayi bernafas/nafas megap2 [<30x]
2.sistem kardiovaskuler
· nadi optimal,mungkin cepat atau tidak teratur dalam batas normal(120 – 160 x/menit)
· denyut jantung <100
3.sistem integument
· adanya sianosis/pucat => indikasi kegawatan hypoksia
· pitting oedem pada tangan dan kaki
4.sistem pencernaan
· reflek lemah
· latergi
· kapasitas lambung kecil
5.sistem muskoloskeletas
· tonus otot menurun
· reflek lemah oedem,tidak ada garis elapak kaki pada sebagian/semua telapak
i. pemeriksaan penunjang
-PaO2 <50mmhg>hipoksemia
-PaCO2 >55mmHg –>hiperkarbia
-pH <7,30>asidos
j. pemeriksaan diagnostic
1. Analisa Gas darah
2. Elektrolit darah
3. Gula darah
4. Baby gram (RO dada)
5. USG (kepala)

diangnosa askep afiksia neonatorum


ASUHAN KEPERAWATAN

NO
Dx KEPERAWATAN
TUJUAN
INTERVENSI
RASIONAL
1.
Gangguan pemenuhan oksigen b/d immaturitas organ pernafasan

Dalam waktu singkat BBLR dapat menunjukkan tanda-tanda peningkatan yang cukup baik dalam bernafas
KRITERIA HASIL :
· Sianosis (-)
· Suara nafas tidak ada(mengorok,ronkhi)
·        Hisap pada daerah hidung dan orofaring dengan hati-hati sesuai kebutuhan (5-10 detik)
·        Tingkatkan istirahat,minimalkan rangsangan dan pengeluaran energy
·        Berikan terapi oksigen 2-3 liter/menit
·        Penghisapan dapat merangsang nesovagus menyebabkan bradikardia,hipoksemia atau bronkospasme.
·        Menurunkan laju metabolic dan konsumsi oksigen.
·        Mempermudah pertukaran oksigen
2.
Resiko tinggi terhadap hipotermi b/d sistem thermoregulasi yang belum matur

BBLR tidak mengalami hipotermi
KRITERIA HASIL :
· Suhu tubuh dalam batas normal(36,5-37°c)
· Bebas dari tanda-tanda stress dingin

·        Observasi suhu tubuh bayi
·        Tempatkan bayi pada penghangat(inkubator)
·        Pertahankan kelembapan relative 50-80%
·        Hipotermi membuat bayi cenderung pada stress dingin
·        Mempertahankan suhu lingkungan agar bayi tidak merasa dingin
·        Mencegah evaporasi berlebihan,menurunkan kehilangan cairan tidak kasat mata
3.
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d reflek hisap lemah

BBL mendapat nutrisi yang cukup untuk mensupport pertumbuhan dan pemulihan
KRITERIA HASIL :
· BB normal > 2500 gr
·        Kaji maturitas reflek berlebihan dengan pemberian makan,misalnya: menghisap,menelan dan batuk
·        Auskultasi terhadap adanya bising usus,kaji status fisik dan status pernafasan
·        Menentukan metode pemberian makan dengan tepat untuk bayi
·        Pemberian makan pertama pada bayi stabil yang memiliki peristaltik dapat dimulai 6-12 jam setelah kelahiran.
4.
Antisipasi berduka b/d kelahiran bayi berisiko tinggi yang di perkirakan,prognosis kematian atau kematian bayi

Keluarga dapat mengatasi psikisnya mengenai kemungkinan adanya kematian
KRITERIA HASIL :
· Keluarga mengakui kemungkinan kematian anak dan menunjukkan prilaku berduka yang sehat
·Keluarga mendiskusikan kenyataan kematian dan menunjukkan sikap realisistis
· Keluarga berduka atas kematian bayi dengan tepat

·        Beri kesempatan pada keluarga untuk menggendong bayi mereka sebelum kematian dan, bila mungkin,ada ditempat pada saat kematian terjadi
·        Atur atau lakukan ritual agama untuk bayi
·        Biarkan tubuh bayi tetap di tempatnya untuk beberapa jam
·        Berikan foto yang diambil sebelumdan setelah kematian bayi pada keluarga
·        Informasiakan keluarga tentang semua pilihan yang tersedia berhubungan dengan pemakaman
·        Mengatasi seminimal mungkin perasaan berduka akan adanya kematian
·        Ritual agama pada bayi yang akan/sudah meninggal dapat menentukan hati keluarganya
·        Member kesempatan pada anggota keluarga yang ragu-ragu untuk melihat kematian bayi bila mereka berubah pikiran
·        Menunjukkan bahwa keberadaan bayi adalah sesuatu yang nyata
·        Mereka dapat membuat keputusan berdasarkan informasi yang dapat mengenai kematian

implementasi askep afiksia neonatorum


4. IMPLEMENTASI

a. Gangguan pemenuhan oksigen b/d immaturitas organ pernafasan
· menghiisap pada daerah hidungdan orofaring dengan hati-hatisesuai kebutuhan
(5-10 detik)
· meningkatkan istirahat,minimalkan rangsangan dan pengeluaran energy
· memberikan terapi oksigen 2-3 liter/menit
b. Resiko tinggi terhadap hipotermi b/d sistem thermoregulasi yang belum matur
· mengobservasi suhu tubuh bayi
· menempatkan bayi pad penghangat (incubator)
· mempertahankan kelembapan relative 50-80%
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d reflek hisap lemah
  • mengkaji maturitas reflek berlebihan dengan pemberian makan,misalnya menghisap,menelan dan batuk
  • melakukan auskultasi terhadap adanya bising usus,kaji status fisik dan status pernapasan
d. Antisipasi berduka b/d kelahiran bayi berisiko tinggi yang di perkirakan,prognosis
kematian atau kematian bayi
  • memberi kesempatan pada keluarga untuk menggendong bayi mereka sebelum kematian dan,bila mungkin,ada ditempat pada saat kematian terjadi
  • mengatur atau melakukan ritual agama untuk bayi
  • membiarkan tubuh bayi tetap ditempatnya untuk beberapa jam
  • membiarkan foto yang diambil sebelum dan setelah kematian bayi pada keluarga
  • menginformasikan keluarga tentang semua pilihan yang tersedia

evaluasi askep neonatorum


5. EVALUASI

1.Kebutuhan oksigen terpenuhi
2.Hipotermi teratasi dan bebas dari tanda-tanda stress dingin
3.Kebutuhan nutrisi bayi baru lahir terpenuhi
4.Keluarga berduka atas kematian bayi dengan tepat

kesimpulan & saran askep afiksia neonatorum


  1. KESIMPULAN

Asfiksia Neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga dapat menurunkan O2 dan mungkin meningkatkan C02 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut.
Dari etiologinya,asfiksia neonatorum bisa berasal dari banyak factor,diantaranya:
1.Faktor ibu: hipoksia ibu,gangguan aliran darah uterus
2.Faktor plasenta: gangguan mendadak pada plasenta
3.Faktor fetus: kompresi umbilicus
4.Faktor neonates: depresi pusat pernapasan bayi baru lahir
Sedangkan berdasarkn klasifikasinya,asfiksia neonatorum dibagi:
1.Vigorous Baby
2.Mild Moderate asphyksia / asphyksia sedang
3.Asphyksia berat
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru lahir yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala sisa yang mungkin muncul.

  1. SARAN

Setelah pembaca mengetahui apa pengertian dan etiologi dari asfiksia neonatorum,diharapkan pembaca bias mengantisipasi terhadap terjadinya asfiksia neonatorum dan dapat melakukan pencegahan serta memahami tindakan pengobatan yang dapat dilakukan pada bayi dengan asfiksia neonatorum.

DAFTAR PUSTAKA AFIKSIA NEONATORUM


DAFTAR PUSTAKA



Carpenito,LJ.1999.Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kolaboratif.Jakarta:EGC.
Cecily L.Betz & Linda A. Sowden.2001.Buku saku Keperawatan Pediatri.Jakarta:EGC.
Doengus,Marilyn.E.dkk.1999.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC.
Kamarullah, munir. Asfiksia neonatorum.http ://pjmpkt.tripod.com: 8 april 2008
Lin, alan. 2008. Asfiksia pada anak. http ://medlinuy blogspot.com: 8 april 2008.
Mansjoer,Arif dkk.2000.Kapita Selekta Kedokteran.Jilid 2.Jakarta:Media Aesculapius FKUI.
Prihartini, suryani.2008.kegawatan asfiksia.http ://khariskharis wordpress.com: 17 april 2008
Soetomargolo Taslim S.1999.Neurologi Anak.Jakarta:Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak.FKUI.1985.Ilmu Kesehatan Anak .Jakarta:FKUI.
Wiknjosastro Prof dr.Hanifa SpOG.2002.Ilmu Kebidanan.Jakarta :Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Wong,Donna L .2003.Pedoman Klinis Perawatan Pediatric.Edisi 4.Jakarta:EGC
Yulianto. 2008. Asfiksia. http ://perawatmalut.tblong.com : 17 april 2008.